Teropong Barat, Sukatendel, Tiganderket, Karo — 12 Juli 2025.
Masyarakat Desa Sukatendel, Kecamatan Tiganderket, Kabupaten Karo, hingga kini masih merasakan dampak erupsi Gunung Sinabung yang terjadi sejak 2013 silam. Salah satu persoalan krusial yang terus membayangi adalah kerusakan sistem irigasi, yang menyebabkan lahan pertanian dan perkebunan seluas lebih dari 200 hektare tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal.
Kerusakan ini diakibatkan oleh material letusan Sinabung yang menutup aliran irigasi utama desa. Hal tersebut disampaikan langsung oleh Sekretaris Desa Sukatendel, Hengki Tarigan. “Gangguan irigasi ini sudah berlangsung sejak erupsi tahun 2013. Material letusan Gunung Sinabung menyumbat aliran irigasi yang selama ini menjadi sumber utama air bagi lahan pertanian masyarakat,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Pemerintah desa dan masyarakat setempat sebenarnya sudah pernah melakukan upaya normalisasi irigasi secara mandiri. Namun, keterbatasan sumber daya membuat perbaikan tidak dapat dilakukan secara maksimal. Akibatnya, hingga hari ini sistem pengairan belum dapat difungsikan sebagaimana mestinya.
“Kami mewakili masyarakat sangat berharap kepada Pemerintah Kabupaten Karo serta dinas terkait agar segera menormalisasi saluran irigasi ini. Kehidupan masyarakat di desa kami sangat bergantung pada pertanian dan perkebunan. Sistem irigasi yang baik menjadi kebutuhan yang sangat mendesak,” harap Hengki Tarigan.
Merespons keluhan masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat Komunitas Cinta Bangsa Indonesia (LSM KCBI) melalui Koordinator Wilayah (Korwil) Sumut–NAD turun langsung ke lokasi untuk melakukan investigasi dan pengumpulan data. Tim dipimpin oleh Ketua Korwil SUMUT–NAD, Rudi Surbakti, didampingi Sekretaris Lamhot Situmorang beserta jajaran.
“Kami telah melihat langsung kondisi irigasi di Desa Sukatendel. Saluran irigasi utama sepanjang ±2 kilometer telah tertimbun material vulkanik akibat erupsi Gunung Sinabung. Akibat kerusakan ini, petani yang sebelumnya menanam padi terpaksa beralih menanam jagung karena keterbatasan pasokan air,” jelas Rudi Surbakti.
Ia menegaskan bahwa kerusakan irigasi tersebut tidak hanya berdampak pada kesejahteraan warga desa, tetapi juga mengancam keberhasilan program ketahanan pangan yang saat ini sedang digalakkan oleh pemerintah pusat.
“Situasi ini sudah sangat mengganggu program ketahanan pangan nasional. Kami mendesak Pemerintah Kabupaten Karo segera memberikan perhatian serius dan mencarikan solusi konkrit. Ini bagian dari penunjang ketahanan pangan yang sedang digiatkan secara nasional,” tegas Rudi.
Investigasi dan pendampingan ini diharapkan menjadi pengingat bagi pihak terkait agar tidak melupakan dampak jangka panjang dari bencana alam, dan pentingnya keberpihakan kepada masyarakat kecil yang masih berjuang untuk pulih secara mandiri.
(Dates Sinuraya / Tim LSM KCBI)