JAMBI – Milad dan Kongres ke-IX Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Sakti Alam Kerinci (PB HIMSAK) sukses diselenggarakan pada Minggu, 21 Desember 2025, bertempat di Aula Rumah Dinas Wakil Wali Kota Jambi. Agenda tahunan ini bukan sekadar perayaan hari lahir organisasi, melainkan menjadi forum konsolidasi ideologis dan refleksi historis perjalanan hampir satu dekade HIMSAK sebagai organisasi mahasiswa yang konsisten mengawal isu-isu strategis di wilayah Kerinci–Sungai Penuh.
Sejak awal berdirinya, HIMSAK memposisikan diri bukan hanya sebagai wadah berhimpun mahasiswa daerah, tetapi sebagai kekuatan intelektual dan moral yang aktif merespons dinamika politik lokal, persoalan hukum, ketimpangan sosial, serta krisis lingkungan hidup. Dalam konteks tersebut, Milad dan Kongres IX menjadi momentum penting untuk menegaskan kembali identitas ideologis HIMSAK di tengah tantangan zaman yang semakin kompleks dan kontradiktif.
Mengusung tema “Merawat Visi, Meneguhkan Regenerasi: Refleksi Sembilan Tahun Himpunan Mahasiswa Sakti Alam Kerinci”, kegiatan ini menegaskan bahwa regenerasi kepemimpinan bukanlah proses administratif semata, melainkan bagian dari dialektika organisasi dalam menjaga kesinambungan nilai, gagasan, dan orientasi perjuangan. Tema ini merefleksikan kesadaran kolektif bahwa sejarah organisasi harus terus dirawat melalui praksis kaderisasi yang ideologis dan bertanggung jawab.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Melalui forum kongres yang berlangsung demokratis, terbuka, dan penuh dinamika gagasan, Efandra Rahmad Hidayat resmi terpilih sebagai Presiden HIMSAK ke-IX. Terpilihnya Efandra menandai berlanjutnya estafet kepemimpinan organisasi yang selama ini dikenal kritis, independen, dan konsisten berpihak pada kepentingan rakyat serta nilai-nilai keadilan sosial.
Dalam pernyataan perdananya sebagai presiden terpilih, Efandra menegaskan bahwa HIMSAK harus terus dipahami sebagai ruang kolektif produksi gagasan dan praksis perjuangan, bukan sekadar simbol kelembagaan mahasiswa.
“HIMSAK bukan milik individu, bukan pula milik satu generasi tertentu. Ia adalah milik sejarah, milik gagasan, dan milik perjuangan kolektif. Organisasi ini lahir dari kesadaran kritis mahasiswa Sakti Alam Kerinci terhadap ketimpangan struktural, ketidakadilan sosial, dan problem demokrasi lokal. Maka tugas kita hari ini adalah menjaga konsistensi ideologis itu, sekaligus memperkuat kapasitas intelektual kader agar HIMSAK tetap relevan dalam menjawab tantangan zaman,” tegas Efandra.
Lebih lanjut, Efandra menekankan bahwa peran mahasiswa tidak boleh direduksi hanya sebagai pelengkap dalam demokrasi prosedural, tetapi harus tampil sebagai subjek perubahan yang aktif melakukan kritik, advokasi, dan pengawalan kebijakan publik.
“HIMSAK harus berdiri di garis kritis—menjadi oposisi moral ketika kekuasaan menjauh dari nilai keadilan, dan menjadi mitra kritis ketika kebijakan berpihak pada kepentingan rakyat. Persatuan kader adalah fondasi, sementara keberpihakan pada rakyat adalah kompas ideologis yang tidak boleh kita kompromikan,” tambahnya.
Efandra juga menyoroti pentingnya memperkuat tradisi diskursus akademik di internal organisasi sebagai basis legitimasi gerakan mahasiswa. Menurutnya, aktivisme tanpa basis pengetahuan yang kuat berisiko kehilangan arah, sementara intelektualisme tanpa keberpihakan akan kehilangan makna sosial.
Sementara itu, Presiden HIMSAK periode 2024–2025, Egil Pratama Putra, dalam sambutannya menegaskan bahwa pergantian kepemimpinan merupakan bagian dari tradisi ideologis HIMSAK yang menjunjung tinggi prinsip regenerasi, tanggung jawab sejarah, dan keberlanjutan perjuangan.
“Tongkat estafet ini bukan sekadar simbol jabatan struktural, tetapi amanah ideologis dan tanggung jawab historis. HIMSAK tidak boleh berhenti pada romantisme masa lalu, tetapi harus terus bergerak membaca realitas, berpikir kritis, dan berpihak pada kepentingan rakyat. Saya menyerahkan kepemimpinan ini kepada saudara Efandra Rahmad Hidayat dengan keyakinan bahwa HIMSAK akan tetap berada di barisan perjuangan,” ujar Egil.
Egil juga mengingatkan seluruh kader bahwa dinamika perbedaan pandangan di dalam organisasi merupakan keniscayaan dalam tradisi intelektual, selama tetap berakar pada nilai dasar HIMSAK dan tujuan kolektif perjuangan.
“Perbedaan bukan ancaman, melainkan energi dialektis organisasi. Yang berbahaya adalah ketika kita kehilangan orientasi nilai dan melupakan rakyat sebagai subjek utama perjuangan mahasiswa,” tambahnya.
Selama hampir satu dekade perjalanannya, HIMSAK telah menjelma menjadi organisasi mahasiswa yang aktif mengawal isu-isu strategis daerah, mulai dari demokrasi lokal, supremasi hukum, keadilan sosial, hingga persoalan ekologis di Kerinci–Sungai Penuh. Dalam berbagai momentum, HIMSAK hadir sebagai kekuatan moral dan intelektual yang konsisten menyuarakan aspirasi masyarakat serta mengkritisi kebijakan yang tidak berpihak pada kepentingan publik.
Milad dan Kongres IX ini menjadi penanda bahwa HIMSAK terus merawat visi pendiriannya dan meneguhkan regenerasi kepemimpinan sebagai bagian dari tanggung jawab sejarah. Di bawah kepemimpinan Efandra Rahmad Hidayat, HIMSAK diharapkan semakin progresif, solid, dan matang secara ideologis, serta konsisten menjalankan peran historisnya sebagai organisasi mahasiswa yang berwatak perjuangan, kritis, dan berlandaskan persatuan.






















