Perayaan Hari Jadi Kabupaten Pakpak Bharat ke-22 pada 28 Juli 2025 menyisakan tanda tanya besar dan tanpa kesan yang menyentuh : apa yang sebenarnya dirayakan? Sebab alih-alih akan gegap gempita dan penuh penghargaan atas jasa para tokoh pemekaran daerah, yang tampak justru kesan pengiritan dan minim penghormatan bahkan tegur sapa terasa hilang.
Bertempat di ruang DPRD Kabupaten Pakpak Bharat acara resmi digelar. Namun ironisnya sambutan dan penghormatan kepada para tokoh penting yang dahulu turut memperjuangkan pemekaran Pakpak Bharat dari Kabupaten Dairi justru tak mencerminkan rasa syukur dan terima kasih yang dalam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Begitu juga saat berada di Napasengkut para tokoh pemekaran hadir disana tanpa penerimaan yang pantas seolah mereka adalah tamu tamu yang tidak harus dilayani dan dibiarkan tanpa makna akan kehadiran mereka di acara HUT Pakpak Bharat ke-22.
Kesan lain jika yang dirasakan para tokoh dan undangan yang hadir saat di Napasengkut adalah tidak adanya informasi dan keterangan dari siapapun hingga 2 lebih usai dari kantor DPRD ke Napasengkut para undangan dan khususnya Tokoh bingung mau melakukan apa hingga akhirnya satu per satu para tokoh dan undangan pergi meninggalkan tempat menyimpan kesan penuh tanya dan sedih. Informasi terakhir yang didapat awak media ternyata Bupati Pakpak Bharat lebih fokus menanti dan menyambut kedatangan Gubernur Sumatera Utara Boby Nasution.
Rendang keras—yang lebih mirip dendeng tanpa rasa—dan sepotong kue ulang tahun menjadi simbol “jamuan kehormatan”. Hasilnya? Hampir seluruh piring tersisa tak tersentuh, dan para tamu lebih banyak menahan tawa getir daripada bahagia ingin menikmati sajian di HUT Pakpak Bharat yang ke-22 Tahun sungguh ironi.
“Apakah ini bentuk rasa terima kasih kita kepada para tokoh pemekaran ? Kenapa makanan khas seperti pelleng, nidabaren, atau nditak bahkan tidak tampak? Padahal inilah identitas kita,” ujar Anton Tinendung, salah satu tokoh pemekaran dari wilayah Kerajaan, dengan nada kecewa”.
Lebih lanjut, sejumlah tokoh masyarakat menyebutkan bahwa suasana perayaan kali ini terasa “nyeleneh”—menyimpang dari semangat kekeluargaan yang biasanya mengisi Hari jadi Pakpak Bharat. Seolah-olah yang dirayakan adalah penghematan, bukan perjuangan.
Kritik serupa juga datang dari kalangan legislatif. Wakil Ketua Komisi II DPRD Pakpak Bharat, Muji Burahman, ST (PPP), menyampaikan bahwa tema peringatan tahun ini, “Bangkit Bersama, Pakpak Bharat Sejahtera”, semestinya tidak hanya menjadi jargon kosong. Ia menegaskan bahwa kemitraan antara legislatif dan eksekutif perlu diperkuat agar program yang pro-rakyat bisa benar-benar dirasakan manfaatnya.
“Mari kita jangan lupakan jasa para tokoh pemekaran. Usia 22 tahun harus menjadi momentum kedewasaan politik, bukan malah mempertontonkan ketidakseimbangan antara seremoni dan substansi,” tegas Muji.
Sayangnya, disharmoni juga terasa dalam relasi antar kelembagaan. Minimnya koordinasi dan keharmonisan antara eksekutif dan legislatif terlihat dari cara acara dikemas tanpa kehangatan, tanpa makna, dan nyaris tanpa rasa bahkan basa basi pun tak bisa diberikan. Terbayang inikah pilihan rakyat yang sesungguhnya ?..
Refleksi: Sejahtera Itu Apa?
Perayaan ini seolah mengingatkan: kesejahteraan tidak bisa dideklarasikan melalui baliho dan panggung megah semata. Ketika makanan pun terasa tak layak untuk para pejuang dan tokoh, bagaimana bisa publik yang hadir akan percaya janji-janji pembangunan yang lebih besar?
Jika panitia tak mampu menghidangkan rendang yang pantas, bagaimana bisa dipercaya akan “menghidangkan” program pembangunan yang bermutu?
Sebuah kabupaten yang lahir dari semangat perjuangan, mestinya menghormati sejarahnya. Bukan hanya dengan pidato penuh basa-basi atau simbol formalitas, tapi dengan penghargaan nyata atas mereka yang berjasa. Dan ya, dengan jamuan yang layak, sebagai bentuk rasa hormat paling dasar.
Selamat Ulang Tahun ke-22 Pakpak Bharat. Semoga ke depan lebih dari sekadar “sepotong kue” dan “rendang keras”. Kami ingin keadilan dan kesejahteraan yang sesungguhnya. Bukan hanya di atas kertas.//




















































